LEUKEMIA
Leukemia adalah
penyakit darah yang ditandai dengan adanya proliferasi ganas sel-sel darah dan
sel sumsum tulang (juga kelenjar getah bening) disertai infiltrasi sel-sel
tersebut ke jaringan alat/organ tubuh lainnya.
Penyebab leukemia
belum diketahui dengan pasti, namun sejumlah faktor diduga berpengaruh dalam
terjadinya leukemia, yaitu : 1) radiasi,
2) bahan kimia (benzene), 3) infeksi virus, dan 4) gen.
Klasifikasi
1.
Berdasarkan
perlangsungan penyakit :
a.
Leukemia
akut
b.
Leukemia
kronik
2.
Berdasarkan
jumlah leukosit di sirkulasi darah tepii dan adanya sel-sel leukosit muda :
a.
Leukemia
aleukemik: Jumlah leukosit darah tepi normal atau kurang, blast cell tidak ada.
b.
Leukemia
subleukemik : Jumlah leukosit dalam batas normal, ada blast cell di darah tepi.
c.
Leukemia
leukemi : jumlah leukosit meninggi, ada blasts cells.
3.
Berdasarkan
jaringan asal dari sel yang mengalami proliferasi ganas :
a.
Leukemia
mieloid : berasal dari jaringan sumsum tulang.
b.
Leukemia
limfoid : berasal dari jaringan limfoid
4.
Berdasarkan
pola jenis sel yang predominan :
a.
Leukemia
mieloblastik
b.
Leukemia
mielositik/granulositik
c.
Leukemia
limfoblastik
d.
Leukemia
limfositik
e.
Leukemia
monoblastik
f.
Leukemia
monositik
g.
Leukemia
eritroblastik
5.
Menurut
F.A.B (French American British) Coopertaive
a.
“Acute
Myeloid Leukemia”:
1)
M1 disebut leukemia mieloblastik
Leukemia
terdiri dari sel-sel mieloblastik tanpa disertai maturasi/ pematangan sel.
Lebih dari 3% blast cells menunjukkan peroksidase positif atau menampakkan
sedikit granula azure, kadang-kadang terlihat adanya batang-batang “Auer”. Inti
bulat dan tampil dengan kromatin dan 3 – 5 nukleoli.
2)
M2 disebut leukemia mielositik
Leukemia
dengan sel-sel mieloblast yang diikuti oleh maturasi sel. Lebih dari 50% sel
adalah mieloblast dan promielosit. Juga dijumpai sedikit sel-sel yang lebih tua
dari promielosit. Sering dilihat adanya displasia pada sel-sel granulosit,
yaitu berkurangnya granula dalam sitoplasma dan berkurangnya lobulasi inti.
3)
M3 disebut leukemia promielositik
Leukemia
dengan dominasi sel promielosit hipergranuler. Ukuran sel besar (abnormal) dan
granula tampak jelas dalam sitoplasma. Batang-batang Auer sering tampak
berkelompok.
4)
M4 disebut leukemia mielomonositik
Leukemia
terdiri atas sel-sel mieloblastik dan monositik. Komponen mieloblasti dan
promielosit mencapai > 20%, demikian juga promosit dan monosit > 20%.
Sel-sel
monotik mempunyai inti yang tidak rata dan berisi nukleoli yang besar. Sitoplasma
dengan banyak pseudopodi, mengandung mikrofilamen dan granula, dan disertai
adanya “halo”.
5)
M5 disebut leukemia monositik
Dikenal 2
golongan leukemia ini. Golongan dengan diferensiasi lemah yaitu golongan
monoblastik terdiri dari sel-sel monoblast. Golongan yang lain dengan
diferensiasi yang baik, disebut golongan monositik, terdiri dari sel-sel
monoblast; promonosit dan monosit. Sel granuloasit kurang dari 20%.
Kadang-kadang batang Auer terlihat pada promonosit.
6)
M6 disebut Eritro-leukemia (Diguglielmo Syndrome)
Leukemia
terdiri dari > 50% sel eritrosit abnormal dan > 30% mieloblast, atau >
30% mieloblast, > 30% eritroid dan > 10% eritroid yang “bizzare”.
Batang-batang Auer dapat dijumpai di meiloblast dan promieloblast
b.
“Acute
Lymphocytic Leukemia”
1)
L1 Sel limfosit kecil, umumnya berukuran 8 – 10
um. Rasio inti/ sitoplasma tinggi. Populasi sel agak homogen dengan sedikit
variasi dalam ukuran; kromatin biasanya halus. Pola kromatin dapat berbeda
tetapi biasanya homogen. Bentuk inti reguler, namun dapat terjadi indentasi.
Nukleoli tidak tampak atau tidak jelas. Sitoplasma berwarna basofilik ringan
atau sedang dan mempunyai sedikit vakuol.
2)
L2 Sel dengan ukuran besar (10 – 14 um) dan
populasi sel bersifat heterogen. Kromatin dengan pola yang berbeda-beda. Bentuk
inti tidak rata, ada celah (“cleft”), lekukan/indentasi. Nukleoli biasanya ada.
Luas sitoplasma dan sifat basofiliknya berbeda-beda.
3)
L3 populasi sel homogen dengan sel-sel berukuran
besar. Rasio inti /sitoplasma tinggi. Inti bulat, rata, pola kromatin padat
dengan butir-butir halus. Nukleoli banyak dan jelas. Luas sitoplasma sedang,
warna biru tua dengan vakuol yang banyak dan jelas, mengandung zat lipoid.
Morfologi sel menyerupai sel pada limfoma Burkitt fase leukemik.
Leukemia Mieloid Akut
Penyakit ini timbul secara
akut dengan gejala demam, rasa nyeri pada tubuh, rigor dan sering dengan rasa
sakit di kerongkongan. Anemia hipokromik berkembang secara progresif dan ada
kecenderungan terjadi perdarahan dari selaput lendir yang disebabkan oleh
adanya trombositopenia. Kelenjar-kelenjar getah benig biasanya tidak membesar
namun limpa dan hati bisa mengalami pembesaran sedang.
Pemeriksaan
Laboratorium :
1. Leukosit
Jumlah sel meninggi, biasanya antara 15.000 –
50.000 sel/uL. Sebagian besar dari sel-sel berinti (bisa mencapai 90%) yang
dijumpai di darah tepi adalah mieloblast.
Jika dibuat hitung jenis, dapat terjadi
adanya peninggian mieloblast, promieloblast, batang dan segmen, sedang mielosit
dan metamielosit berkurang. Gambaran ini memberi kesan seolah-olah ada
“kekosongan” dalam hemogram. Kekosongan ini disebut hiatus leukemicus dan
dipandang sebagai ciri khasd dari leukemia mieloid akut.
Kadang-kadang dijumpai “Rieder cell” yaitu
sel blast dengan indentasi inti. Batang-batang Auer dapat dijumpai di dalam
sitoplasma dari mieloblast dan promielosit. Batang-batang Auer menunjukkan
reaksi positif dengan Sudan Black B, peroksidase dan naphtol AS-D chloroacetate
esterase.
Batang Auer adalah derivat dari granula
azurofilik. Selain leukemia mieloid akut, batang Auer juga dapat dijumpai pada
leukemia mielomonositik dan eritroleukemia.
Dengan pengecatan Romanowsky seringkali sulit
membedakan mieloblast dari limfoblast. Penggunaan pewarnaan sitokimia juga
kurang membantu. Namun, beberapa hal dapat dijadikan pedoman.
a.
Kromatin
lebih halus dan longgar pada sel-sel mieloblasti daripada sel limfoblast.
b.
Dalam
inti limfoblast umumnya dijumpai 2 nuleoli sedang inti mieloblast mengandung 2
– 5 nukleoli dengan satu diantaranya berukuran besar.
c.
Sitoplasma
limfoblast tampak lebih basofilik dari pada mieloblast.
d.
Batang-batang
Auer dapat dijumpai dalam sitoplasma mieloblast dan tidak dijumpai pada
limfoblast.
2.
Eritrosit
Jumlah eritrosit
berkurang tetapi retikulositosis, polikromasia, dan normoblast (eritrosit yang
berinti) banyak dijumpai. Gambaran darah menunjukkan gambaran anemia normositik
normokromik tetapi dapat memberikan gambaran defisiensi besi yang berat.
Anisositosis dan poikilositosis dapat terjadi sesuai perlangsungan penyakit.
3.
Trombosit
Penurunan trombosit
berlangsung progresif, biasanya kurang dari 100.000/ul. Seringkali bentuknya
ireguler dan abnormal.