Proses pembentukan
sel-sel darah didalam tubuh, mulai dari bentuk mudanya sampai menjadi sel
dewasa yang beredar disebut proses hemopoiesis.
Dalam proses hemopoiesis dikenal 2 teori :
1.
Teori
Maximow dikenal sebagai teori monofiletik.
Teori ini menyebutkan
bahwa semua sel darah berasal dari satu sel asal (“stem cell”) yang bersifat
pluripotensial, artinya dari satu sel asal ini dapat dibentuk semua seri
sel-sel darah.
2.
Teori
Sabin atau Teori Polifiletik
Menurut teori ini,
semua sel darah berasal dari banyak sel asal misalnya : eritrosit berasal dari
eritroblast, granulosit berasal dari mieloblast, monosit berasal dari
monoblast, limfosit berasal dari lemfoblast, plasmosit (sel plasma) berasal
dari plasmoblast, dan trombosit berasal dari megakarioblast.
Kedua teori tersebut
dianggap benar. Till dkk membuktikan keduanya. Pada tikus ditemukan koloni sel
yang bersifat pluripotensial, juga sel asal dari limfosit di sistem limfatiknya.
Dengan demikian dibedakan 2 macam “stem cells” :
1.
“C.F.U
(Colony Forming Unit) cells” yang dapat berkembang dan berdiferensiasi menjadi
seri eritrosit, seri granulosis, seri monosit, dan seri trombosit.
2.
Limfosit
yaitu kelompok yang dapat berfiferensiasi menjadi seri timosit, seri limfosit,
seri sel plasma.
Hemopoiesis
berlangsung dalam 3 masa/fase, terhitung sejak dibentuknya saccus vitellinus
hingga kelahiran bayi. Ketiga fase tersebut ialah :
1.
Fase
Mesoblastik
Sel-sel darah primitif
dibentuk di dalam saccus vitellinus. Sel-sel ini masih tampak serupa dan
merupakan sel asal. Fase ini berlangsung dalam bulan pertama sampai bulan
kedua.
2.
Fase
Hepato-Spleno-Limfomieloid
Sel-sel darah dibuat
di hati, limpa, kelenjar getah bening dan sumsum tulang. Di samping sel asal
atau “stem cell”, sudah terdapat hasil diferensiasi sel menjadi eritrosit,
megakariosit, granulosit, limfosit, monosit, dan sel plasma. Fase ini
berlangsung dari foetus usia 1 sampai 9 atau 10 bulan. Fase ini sering hanya
disebut fase hepatik.
3.
Fase
Mieloid
Sel-sel darah dibentuk oleh sumsum tulang
merah dan berlangsung dari foetus berusia 4 bulan sampai orang meninggal. Dalam
fase ini terbentuk sel dan diferensiasi sel menjadi bermacam-macam sel darah
sehingga terdapat bentuk-bentuk sel muda sampai sel tua (sel yang sudah
matang).
Mulai dari akhir masa foetal sampai 6-8
minggu postnatal, pusat-pusat perbentukan sel darah adalah di sumsum tulang
dari tulang-tulang panjang (misalnya femur, humerus) dan tulang-tulang pipih (misalnya
scapula, pelvis, sternum, vertebra). Pada usia dewasa, pusat pembentukan
sel-sel darah hanya terdapat di tulang pipih. Tulang panjang hanya berisi lemak
kecuali bagian proksimal dari tulang humerus dan tulang femur. Oleh sebab itu,
sering tulang pipih disebut sumsum merah dan tulang panjang disebut sumsum
kuning.
Setelah bayi dilahirkan, hemopoiesis hanya
berlangsung di dalam sumsum merah tetapi dalam keadaan abnormal bisa saja
hemopoeisis terjadi beberapa organ-organ misalnya hati, limpa, kelenjar getah
bening dan timus. Hemopoiesis pada alat-alat tersebut ini disebut hemopoiesis
ekstrameduler.
Hati dan limpa pada orang dewasa, dalam
situasi normal tidak aktif dalam pembentukan sel darah. Dalam keadaan yang
darurat, misalnya proses hemolitik yang hebat, keduanya menjadi aktif membentuk
sel-sel darah.
Kelenjar timus hanya aktif pada masa
anak-anak. Setelah masa akil baliq biasanya tidak berfungsi lagi.
Dari sel-sel asal (“stem cells”), kelompokan
sel akan berkembang dan mengalami diferensiasi yang akan berakhir sebagai
eritrosit, trombosit dan macam-macam leukosit di dalam peredaran darah tepi.
Tatanan (nomenklatur) sel-sel darah pada
umumnya sebagai berikut :
1.
Sel
termuda diberi nama menurut jenisnya ditambah akhiran blast. Contoh : lihat di bawah
2.
Pada
tahap berikutnya, nama jenisnya mendapat imbuhan awalan pro dan akhiran sit.
Contoh
: Lihat di bawah
3.
Selanjutnya,
nama jenis ditambah awalan meta
Contohnya
: Lihat di bawah
4.
Sel
tertua hanya mendapat akhiran sit
Contoh
: Lihat di bawah.
Secara keseluruhan,
nama berbagai sel darah itu sesuai tahapan perkembangannya, adalah sebagai
berikut :
Dalam keadaan patologik morfologi sel darah
menyimpang dari keadaannya yang normal, misalnya eritrosit dapat berubah
menjadi seri makrositer, megalositer atau mikrositer.
Eritrosit yang telah matang dan beredar
didarah tepi tidak mempunyai inti. Adanya eritrosit yang berinti di peredaran
darah tepi selalu merrupakan keadaan patologik, biasanya disebabkan oleh adanya
peningkatan kebutuhan (misalnya proses hemolitik).