Enzim
ialah katalisator yang menggalakan reaksi tanpa langsung ikut serta dalam
reaksi itu. Hamper semua reaksi untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi tubuh yang
tak terhingga banyaknya mempunyai enzimnya sendiri. Tiap enzim yang
jenis-jenisnya juga tak terhitung memiliki substrat spesifik. Sedangkan hasil
reaksi spesifik juga. Kebanyakan dari enzim-enzim terdapat di dalam sel; ada
yang terdapat di dalam banyak tipe sel. Di dalam klinik hanya sedikit sekali
enzim yang di periksa secara rutin. Untuk mempelajari penyakit-penyakit yang
didasari genetika digunakan analisis enzim yang canggih, tetapi di dalam
lapangan diagnostic hanyalah beberapa enzim yang di tentukan, yakni
penyimpangan dari nilai normalnya dapat digunakan guna menunjuk kepada atau
dapat membenarkan persangkaan tentang salah satu kelainan. Karena kbanyakan
enzim ada di dalam sel, maka terdapatnya enzim dalam cairan tubuh menjadi
petunjuk bahwa telah rerjadi perubahan pada dinding sel, sehingga molekul enzim
dapat menembusnya.
KADAR ENZIM DALAM SERUM
Dalam darah beredar ada banyak macam
enzim dengan kadar rendah dan fungsinya dalam sirkulasi darah tidak di ketahui;
adanya itu mungkin hanya pencerminan dari sintesis dan destruksi dan sel-sel
yang terus menerus berlangsung. Kadar enzim dalam darah yang meningkat adalah
akibat kerusakan sel yang mengandung enzim itu atau mungkin juga akibat
perubahan yang tidak mematikan sel tetapi sudah melemahkan permebealitas
dinding sel sehingga makromoleku-makromolekul dapat menembusnya dan terlepas ke
dalam cairan ekstrasel. Kadang-kadang kadar enzim dalam serum meningkat apabila
sel yang berisi enzim itu bertambah banyak atau bertambah aktif. Peningkatan
juga terjadi kalau mekanisme yang normalnya ada untuk mengekskresikan atau
merombak enzim menjadi berkurang.
Kadar enzim dalam serum yang menurun
jarang mempunyai makna diagnostic Karena hanya ada beberapa enzim yang kadarnya
cukup tinggi. Penurunan itu dapat terjadi jika jumlah sel pembuat enzim yang
bersangkutan berkurang, jika ada hambatan dalam sintesis protein secara umum
atau secara khusus dan jika ekskresi atau degradasi enzim meningkat.
SPESIFITAS
Bermacam-macam reaksi metabolic yang
sama berlansung dalam banyak macam jaringan, sehingga enzim-enzim yang
tersangkut terdapat dalam banyak tipe sel. Enzim-enzim yang mempunyai fungsi
metabolic bersifat lebih spesifik dan adanya hanya didalam satu tipe saja atau hanya dalam sel-sel yang khusus.
Tujuan memeriksa enzim ialah terutama untuk mendapat petunjuk tentang organ
mana yang sedang sakit dan sedapat-dapatnya fungsi mana dari organ itu
terganggu, bahkan kalau mungkin sel jenis apa dalam organ itu. Khususnya enzim
yang hanya terdapat di dalam sel tertentu, atau lokasitertentu, sangat
bermanfaat untuk tujuan melokalisasinya kelainan. Banyak enzim yang lokasinya tersebar mempunyai
perbedaan-perbedaan kecil di antara dirinya, tergantung lokasinya. Bentuk-bentuk
itu bernama isoenzim yang cici-cirinya berselisih berdasarkan struktur imunologi, fisik atau
kimia sesuai lokasi asalnya masing-masing. Kerapkali makna pengukuran enzim
total diperbesar dengan fraksionasi satu macam enzim menjadi beberapa isoenzim.
TERMINOLOGI
Terminology untuk member nama dan mengukur enzim belum
mantap. Komisi mengenai Enzim dari Uni Biokimia Internasional (the Commission on
Enzymes of the International Union Of Biochemitry, IUB) berusaha untuk
mengadakan klasifikasi enzim atas dasar fungsi biokimianya dengan memberi angka
kepada enzim memakai kelas, subkelas dan nomor identifikasi spesifik. IUB juga
menentukan nama yang menjelaskan reaksi spesifik yang digalakkan oleh enzim
yang bersangkutan, dan sering juga nama praktis untuk dipakai sehari-hari.
Beberapa enzim yang sudah bertahun-tahun dipelajari mempunyai nama-nama berbeda
untuk enzim yang itu-itu juga, selain itu banyak enzim dikenal dengan singkatan
yang banyak dipakai, meskipun itu tidak disebut oleh IUB; singkatan-singkatan
itu yang tersusun dari dua atau tiga huruf mudah kditerapkan untuk bahasa yang
dilafalkan, ditulis dan dipakai dalam/ computer. Sebagai contoh: enzim yang
mengkatalisis reaksi reversibel (kreatine+ATP kreatinefosfat + ADP) mempunyai nama
resmi ATP: kreatinefosfottransferase; nomor yang di berikan oleh EC (enzyme
commission) adalah 2.7.3.2. tetapi nama populernya adalah kreatinefosfokinase
(CPK, Creatine phosphokinase) atau kreatine kinase (CK, Creatine kinase).
SATUAN ENZIM
Upaya lain untuk melakukan
standarisasi adalah menggunakan satuan internasional, SI (IU, international
units) dalam melaporkan aktifitas enzim.
Satu SI dari enzim apapun juga ialah banyaknya enzim yang dapat mengkatalisis
transformasi 1 µmol substrat dalam satu menit pada kondisi tertentu. Banyaknya
dari enzim itu yang disebut dengan SI tidak sama jika disebut dengan angka
mutlak; SI itu tidak menggambarkan nilai yang dapat dipakai guna membandingkan
satu enzim dengan enzim lain dengan cirri-cirinnya berlain-lainan. Dalam
pembahasan enzim-enzim berikut, nilai-nilai rujukan rujukan dan prosedur
pengukuran tidak disebut. Perbedaan-perbedaan dalam tehnik dan satuan yang
dipakai untuk melaporkan hasil oleh masing-masing laboratorium menharuskan
pemakai jasa laboratorium untuk menyesuaikan diri dengan nilai rujukan pada
laboratorium itu, kalau mau menilai keadaan pasien.
AMINOTRANSFERASE (TRANSAMINASE)
Sebagai
nama untuk enzim yang mengkatalisis perpindahan reversible satu gugusan amino
dari asam amino ke asam alfa-keto, sekarang lebih baik dipakai
aminotransferase. Istilah lama transferase tidak sesuai dengan rekomendasi dari
komisi mengenai enzim tentang aktivitas enzim. Kedua macam aminotransferase
yang paling sering dukur ialah alanine aminotransferase (ALT) yang dulu disebut
glutamate-piruvat transminase (GPT) dan aspartat aminotransferase (AST) yang
dulu bernama glutamate-oxaloasetat transminase (GOT). Baik nama-nama yang baru,
maupun yang lama masih dipakai berdampingan, tetapi nama baru disukai dan itulah
yang dipakai dalam buku ini.
FISIOLOGI
Asam amino ikut serta dalam banyak
reaksi dan aminotransferase tersebar luas. Hati yang merupakan pusat sintesis
protein dan penyaluran asam amino ke dalam jalur-jalur biokimia lain, adalah
salah satu organ yang sangat banyak mengandung aminotransferase. Hanya sel-sel
hati yang memiliki konsentrasi ALT tinggi biarpun ginjal, jantung dan otot
bergaris mengandung ALT dalam jumlah sedang. Banyak ATS ada dalam hati dan
didalam sel miokard, sedangkan AST juga terdapat dalam konsentrasi bermakna,
biarpun kurang, dalam otot bergaris, ginjal, otak dan pancreas. Hepatosit
berisi 3-4 kali lebih banyak AST dari ALT. akan tetapi kadar ALT dalam serum
menjadi petunjuk yang lebih sensitive kea rah kerusakan hati karena sangat
sedikitnya kondisi bukan hati
berpengaruh kepada kadar ALT dalam serum.
KEGUNAAN AMINOTRASFERASE DALAM
DIAGNOSTIK (SELAIN PENYAKIT HATI)
Kadar aspartat
aminotransferase meningkat pada banyak kejadian. Bilat otot jantung menderita
kerusakan oleh iaschemia, AST dalam serum meningkat setelah 6-8 jam; puncak
kadar di capai antara 24-48 jam. Sedangkan pemulihan kepada normal terjadi
antara 72- 96 jam. Peningkatan AST terjadi dalam kurun waktu antara meningginya
kreatine fosfokinase (CPK ) yang sangat dini terjadi dan cepat pula menurun
lagi, yakni dalam dwaktu 48 jam dan meningginya laktat dehidrogenase (LDH) yang
baru mulai meningkat 12 jam atau lebih setelah terjadi infark dan menetap pada
nilai tinggi itu sampai seminggu atau lebih. Penigkatan AAST tidak dapat
dipakai selaku satu-satunya indicator enzimatik utnuk adanya infark miokard
karena ia meningkat juga pada kondisi-kondisi lain yang perlu ikut
dipertimbangkan dalam diagnosis banding
serangan jantung. AST dalam serum meninggi pada renjatan atau kolaps sirkulasi
darah apa juga sebabnya, mungkin sekali karena terjadi kerusakan hati.
Pancreatitis akut juga mendatangkan kadar AST yang sangat tinggi. Peningkatan
sedang mungkin muncul pada aritmia jantung dan pada ischemia yang tidak
berlanjut menjadi infark. Keadaan-keadaan yang berpengaruh kepada kadar AST dapat
di tmeukan dalam tabel 1.
AMILASE
FISIOLOGIS
Amylase ialah enzim cerna
yang memecahkan zat pati (amilum) menjadi molekul-molekul karbohidrat yang
lebih kecil, lokasi berfungsinya adalah di luar sel. Enzim itu disekresikan ke
dalam air liur dan kedalam saluran cerna bagian atas dan mendepolimer zat-zat
pati dalam makanan mejadi potongan-potongan dapat diserap. Banyak jenis sel
mempunyai aktivitas amylase, tetapi yang bermakna dalam fisiologis dan diagnosis adalah
kelenjar ludah dan pancreas. Amylase yang terdapat pada serum normal berasal
dari kelenjar ludah dan dari pancreas; kalau terjadi peningkatan patologis, itu
hamper slalu dating dari pancreas
KEGUNAAN
UNTUK DIAGNOSIS
Amylase
dalam serum meningkat pada radang pancreas. Mungkin sekali karena sel-sel
sekretorik pecah dan juga karena enzim yang ada di luar sel diserap dari usus
dan dari cairan asites melalui saluransaluran limfe dalam peritoneum yang
melebar dan lebih mudah ditembus. Pada pancreatitis akut amylase dalam serum
mulai meningkat dalam waktu 6-24 jam. Amylase mudah menembus filter glomeluri,
sehingga beberapa jam setelah terjadi penigkatan dalam serum, urin juga
menunjukan kadar meningggi. Amylase dalam serum hanya meninggi selama beberapa
hari, dalam waktu 2-7 hari nilai menjadi
normal kembali. Jika tes diagnostic dilakukan setelah penyakit berlangsung
beberapa hari, ada kemungkinan kadar amylase telah menyusut kadar yang bersifat
non-diagnostik. Nilai yang meningkat dala urin masih dapat bertahan beberapa
hari lagi, jadi memeriksa urin berguna dalam evaluasi klinis.
Table1. Kondisi Yang Meningkatkan Aspartat
Aminotransferare
(Glutamat-Oxaloasetat
Transaminase)
Peningkatan tegas (5 atau lebih kali nilai normal)
Kerusakan
hematoseluler akut
Infarct
miokard
Kolaps
sirkulasi (renjatan)
Pancreatitis
akut
Mononucleosis
infeksiosa
Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal)
Obstruksi
saluran empedu
Aritmia
jantung
Gagal
jantung kongestif
Tumor
hati (metastasis atau primer)
Dystrophia
muscularis
Peningkatan ringan (sampai 3 kali normal)
Perikarditis
Sirosis
Infark
paru
Delirium
tremeus
Cerebrovascular
accident
PENYULIT
PADA PENETAPAN
Beberapa hal berpengaruh
kepada kadar amylase dalam serum. Kadar itu memuncak apabila kepada pasien
diberikan obat yang melakukan konstriksisfinkter ductus pancreaticus. Yang
paling sering menyebabkan itu ialah morfin. Darah pasien harus di ambil sebelum
kepadanya deberikan morfin untuk meringankan nyeri abdomen yang mungkin
disebabkan oleh radang pancreas. Codein, chlorothiazide, pancreozymin atau
secretin juga mendatangkan kenaikan amylase dalam serum. Kadar sedikit
meningggi pada pasien dengan gagal ginjal karena ekskresi terhambat. Kadar
glukosa yang tinggi menekan nilai amylase dalam serum, nilai amylase menurun
sekali kalau darah untuk pemeriksaan diambil dari pasien yang sedang diinfus
glukosa. Keadaan patologis yang berpengaruh kepada amylase dalam serum didapat
di table 2
Tabel
2. Kondisi yang meningkatkan amylase dalam serum
Peningkatan tegas (5 atau lebih kali nilai normal)
Pancreatitis
akut
Pseudokista
dalam pancreas
Pemberian
morfin
Peningkatan sedang (3-5 kali nilai normal)
Karsinoma
pancreas di kepala pancreas (tahap akhir)
Parotitis
(Gondongan)
Radang
kelenjar liur
Ulcus
pepticum perforans (kadang-kadang)
CHOLINESTERASE
FISIOLOGI
Cholinesterase itu lain dari
enzim lain-lain oleh karena makna untuk diagnosis terletak dalam menurunnya-
bukan meningkatnya – kadar dalam serum. Serum normal berisi banyak dari suatu
enzim yang menghidrolisis asetilcholine pekat dan juga menceraikan ester-ester
choline. Enzim itu sering dinamai pseudocholinesterase untuk membedakannya dari
asethilcholinesterase sejati yang substratnya sangat spesifik terbatas kepada
asetilcholine dan yang optimal bekerja terhadap asetilcholine dalam konsentrasi
rendah6 .
asetilcholinesterase (AcCHS, acetylcholinesterase) terutama ada pada ujung
saraf dan di dalam eritrosit; dalam keadaan normal hanya ada sedikit sekali
dalam serum. Pseudocholinesterase (CHS) dalam serum berasal dari hati. Biarpun
CHS dalam serum menurun pada banyak penyakit hepatoseluler, teristimewa pada
proses destruktif, mengukur CHS hanya dapat menambah sedikit saja dalam
diagnostic penyakit hati.
Kedua macam cholinesterase
di hambat oleh senyawa organofosfor. Menurunnya kadar CHS dalam seru merupakan petunjuk
sensitive kepada terkenanya seorang oleh insektisida jenis organofosfor. Kadar
AcCHS dalam eritrosit menurun kalau terkena secara berat, CHS dalam serum
berubah dini. Jika tidak terkena lagi, CHS dalam serum lebih dulu pulih dari
AcCHS dalam eritrosit. CHS dalam serum kurang berguna untuk menunjuk seorang
pernah terkena organofosfor dibandingkan AcCHS dalam serum2 .
RESISTENSI
TERHADAP DUBUCAINE
CHS
mempunyai variant genetic. Pada orang yang homozigot dalam variant itu
ditemukan aktifitas total yang menurundalam serum, sedangkan enzimnya mempunyai
enzim berlainan. CHS normal dihambat oleh dibucaine; yang abnormal resistant
terhadap dibucaine. Variant abnormal itu tidak menginaktifkan suksinilcholine,
yakni semacam inhibitor asetilchiline yang sering dipakai untuk merintis
anesthesia. Orrang yang homozigot dalam variant abnormal itu, mengalami depresi
pernapasan yang berkepanjangan kalau diberikan suksinilcholine. Resistensi
terhadap dibucaine dapat dipakai untuk menyatakan adanya CHS abnormal.
KREATINE
FOSFOKINASE
FISIOLOGI
Kreatine fosfokinase (CPK,
creatinephosphokinase) yang juga dinamai kreatinekinase mengkatalis pertukaran
fosfat secara reversibel antara kreatine dan adenosinetrifosfat (ATP,
adenosinetriphosphate). Ia memainkan perananpenting dalam menyimpan dan melepaskan
energy dalam sel dan didapat hamper secara eksklusif dalam otot bergaris, otot
jantung dan dalam berjumlah kecil juga dalam otak. Kadar CPK dalam serum
memuncak tegas setelah terjadi kerusakan pada otot; kerusakan otak tidak
terlalu berpengaruh kepada kadar CPK dalam serum, mungkin karena hanya sedikit
dari enzim itu dapat melintasi sawar (barrier) darah-otak.
KEGUNAAN
DALAM DIAGNOSTIK
Kerusakan
macam apapun pada otot bergaris atau otot jantung meningkatkan kadar CPK dalam serum. Nilai-nilai 2-5 kali dari
yang normal di temukan setelah rangsangan minimal seperti olahraga berat,
injeksi intramuscular, delirium tremens dan pada tindakan bedah yang menyayat
atau menindas otot bergaris.
Peningkatan CPK yang sunguh-sunguh
menyolok didapat pada tahap ini distrofia otot (progresif muscular dystrophy),
tetapi penigkatan ini berkurang penyakit berlanjut dan masa otot menyusut.
Kalau penyakit itu sudah tahap akhir, kadar CPK mungkin normal. Wanita yang
heterozigotdalam gen yang menjadi sebab distrofia otot Duchenne itu, mempunyai
kadar CPK yang rata-rata lebih tinggi dari wanita normal, tetapi selisih itu
tidak terlalu menonjol sehingga tidak miungkin atas dasar nilai itu mengambil
kesimpulan apakah seorang wanita itu seoran gkarier atau tidak.
Infark
miokard akut melepaskan CPK ke dalam serum dalam 48 jam setelah kejadian dan
nilai menjadi normal lahi lewat kira-kira 3 hari. Kalau kemudian nilai itu
meninggi lagi, itu menjadi petunjuk terjadi infark baru atau peluasan kerusakan
pertama, asal saja tidk ada otot lain yang menjadi sumber lain CPK dalam serum.
Didalam hati tidak ada CPK, nilai CPK meniggi menolong utuk membedakan infark
miokard dari gagal jantung kongesti dan kondisi-kondisi lain yang mengganggu
hati. Hipotiroidisme menyebabkan nilai CPK dalam serum menjadi tinggi. Dalam
table 3 terpampang sebab-sebab kadar CPK meninggi.
Peningkatan
Tegas (5 Atau Lebih Kali Nilai Normal)
Dystrophia Miscularis Duchene
Polimisitis
Infark Miokard
Penigkatan
Ringan atau Sedang (2-4 kali nilai normal)
Kerja sangat berat, trauma, tidak bedah,
intra intramuscular
Delirium tremens, myopatia alcoholic
Infark miokard, kerusakan oleh inscemia
berat
Infark paru
Edema paru (beberapa pasien)
Hipotirodisme
Psikosis akut
|
ISOENZIM
Molekul CPK merupakan dimer, kedua
belahan mungkin sama, mun berbeda. Rantai penyusun dimer itu dinamai M
(Muskular) dan B (Brain). CPK dari otak hampir semua terjadi dari dimer BB,
otot bergaris berisi sekitar 90% MM dan 10% MB, sedangkan otot jantung berisi
60% MM dan 40% MB. Enzim yang ada dalam serum normal hampir semua MM, dan hany
MM meninggi pada kerusakan otot bergaris. Kadae isoenzim MB hanya meningkat
kalau otot jantung mengalami kerusakan.
Tabel kondisi yang menigkatkan laktat
dehidrogenase (total)
Peningkatan tegas (5 atau lebih kali
normal)
Anemia megaloblastik
Karsinoma tersebar, khususnya metastase ke
hati
Renjatan dan hipaksia
Hepatitis
Infark miokard
Peningkatan sedang (3-5 kali nilai
normal)
Infark miokard
Infark paru
Kondisi hemolitik
Leukemia
Mononucleosis infeksiosa
Delirium tremeus
Distrofia otot
Peningkatan ringan (sampai 3 kali
nilai normal)
Kebanyakan dari penyakit hati
Sindrom neprotik
Hi[potiroidisme
Kholangitis
|
Dalam
menyusun diagnosis banding pada perasangkaan infark miokard adanya CPK-MB
merupakan keras ke arah kerusakan jantung yang tidak perlu berarti infark
jantung. Baik CPK total, maupun infark MB dapat meningkat pada angina pectoris
atau pada pengguna ischemic yang revelsibel. Alasanya, mungkin jumlah sel yang
rusak kurang banyak, mungkin sirkulasi darah sekitar jaringan rusak kurang memadai sehingga enzim tak dapat masuk
ke dalam peredaran darah, mungkin lagi pemeriksaan laboratorium terlalu lambat
dilakukan. Isienzim MB hanya sebentar saja ada dalam serum, munculnya 6-24 jam
setelah kejadian, sedangkan setelah 73 jam ia tidak ada lagi.
GAMA GLUTAMIL TRANSPEPTIDASE
MAKANAN PATOFISIOLOGIK
Gama
glutamine traspeptidase (GGT, gamma glutamyl traspeptidase) mengkatalisi
pemindahan gugusan glutamil antara
peptide atau asam amino. Sel epitel tubuli ginjal mengandung banyak, sedangkan
hati dan pangkreas berisi agak banyak
enzim itu. Enzim yang ada dalam terutama berasal dari hati bersama saluran
empedu, jadi peningkatan kadar mengarah ke penyakit hepatobiliar.
GGT
meningkat sama maknanya dengan fospatase alkalis yang meningkat, sedangkan
polanya juga sama. Sangant tinggi nilainya pada penyakit obstruksi dan
karsinoma hepatoseluler dan oeningkatan sedang pada ddegenerasi hepatoseluler.
Penyakit tulang tidak berpengaruh pada GGT dank arena itu GGT lebih spesifik
sebagai indicator kepada penyakit hati dari pada fospatase alkalis. Tetapi
biasanya GGT tidak dapat menmbah informasi daripada yang sudah diketahui dengan
mengukur fospatase alkalis.
ALKOHOL DAN RANGSANGAN PRODUKSO ENZIM
Banyak
GGT dalam sel-sel hati bertambah kalau
terjadi rangsangan kepada system mikrosom. Barbiturate, fenitoin dan alcohol
merupakan perangsang produksi enzim. Nilai GGT dalam serum meningkat kalau hati
terkena rangsangan terus-menerus oleh zat-zat macam tadi. Jika minum alcohol enam kali sehari atau
lebih sering, GGT dalam serum jelas meningkat dengn terus menerus. Kalau minum
kurang dari itubiarpun biasanya ada peningkatan sedikit, biarpun tidak dapat ditemukan adanya penyakit
hati. Nilai GGT dapat membantu untuk mengetahui apakah seseorang betul-betil
sudah minum lagi. Mengukur nilai GGT dapat membantu untuk mengetahui seseorang
betul-betul sudah tidak minum lagi. Tetapi belum ada kepastian apakah tinggi
nilainya dapat dipakai selaku indicator untuk memastikan apa seseorang pasien
yang berobat untuk penyakit itu peminum ringan atau peminum berat.
LAKTAT DEHIDROGENASE
Banyak
jaringan mengandung laktat dehidrogenase (LDH) yang mengkatalisis perubahan
refelsibel laktat ke virupat. Karena ia begitu luas tersebar dalam macam-maca
jaringan, maka penigkatan LDH adalah
sangan non-spesifik. Pada tabel dilihat kondisi-kondisi yang disertai
peningkatan LDH. Laktat dehidrogenase yang berasal dari jaringan-jaringan yang
berbeda-beda, dapat dikenali dengan melakukan analisis isoenzim; analis serupa
itu lebih berguna untuk menilai perubahan-perubahan pada lDH dibandingkan
dengan enzim-enzim lain.
ISOENZIM
Molekul aktip LDH tersusun dari
empat rantai polipeptida. Ada dua macam
rangkaian polipeptida, rangkaian H dan M; tetramer yang menyusun molekul LDH bias
berkombinasi secara acak dari rangkaian H dan M. Tetramer yang tersusun dari dari empat rangkaian H bergerak paling cepat kearah anoda pada
elektrofoesis, sedangakan yang berisi empat potongan M itu paling lambat.
Isoenzim-isoenzim diberi nomor dari 1-5 seperti terlihat pada tabel.
Tabel. Isoenzim-isoenzim laktat
dehidrogenase
Isoenzim
|
Kompasisi
Rantai
|
%dri ttl yg normal dlm
serum
|
Jaringan yg ky akan
isoenzim
|
LD1
|
HHHH
|
29-37
|
Jantung,otak,eritrosit
|
LD2
|
HHHM
|
42-48
|
Jantung,otak, eritrosir
|
LD3
|
HHMM
|
16-20
|
Otak, ginjal, paru
|
LD4
|
HMMM
|
2-4
|
Hati, otot rangka, gimjal
|
LD5
|
MMMM
|
0,5-1,5
|
Hati,otot rangka,ileum
|
Kegunaan dalam Klinik
Melakukan penetapan LDH total dan
isoenzim-isoenzim secara tergabung sangat bergunadalam diagnostic. Kadang-kadang
nilai LDH total meningkat dalam hubungan tertantu sehungga jaringan asal dengan
sendirinya sudah jelas, seperti pada anemia megaloblastik, hemolisis, distrofia
otot atau mononukleus infeksiosa. Analisi isoenzim berguna pada albagasi
situasi seperti ; membedakan infark miokard dari kejadian di paru atau dihati ;
mendiagnosis infark miokard dalam situasi yang sukar, umpamanya dalam masa
pasca bedah atau pada renjatan berat; menemukan hemolisis di samping hipaplasia
sum-sum tulang.
Dalam keadaan normal LDH5 merupakan hanya bagian amat kecil dari LDH
total dalam isoenzim itu mungkin meningkat tinggi tanpa ada penigkatan LDH
total sampai melampaui batas normal. Infark paru khususnya meninggalkan LDH4
dan LDH5 (kadang-kadang LDH3), sedangkan infark miokard
dengan LDH1 dan LDH2.
Perbandingan LDH1 dan LDH2
yang terbaik
serum
normal berisi lebih banyak LDH1 dari LDH2. Khususnya
miokard dan eritrosit merupakan sumber kaya LDH1, sehingga kerusakan
pada jaringan-jaringan itu menyebabkan perbandingan LDH1 : LDH2 menjadi terbaik. Dalam 48jam
pertama dari infark miokard pada 80% dari pasien ditemukan keterbalikan
perbandingan LDH1 : LDH2
LDH1 menjadi lebih besar dari LDH2.
Perbandingan terbalik itu sangat penting dan itu bias terjadi dengan atau tanpa
penigkatan LDH total. Keterbalikan itu hanya singkaat adanya. Satu minggu
setelah infark terjadi, LDH total mungkin masih tinggi, tetapi pola normal LDH2
> LDH1 biasanya tercapai kembali. Adalanya keterbalikan dalam
perbandingan LDH1 dan paling
berarti dalam diagnosis eritrosit dan infark ginjal ; kemungkinan-kemungkinan
itu harus dapat disingkirkan trlebih dahulu sebelum boleh dikaitkan dengn
infark miolard.
Hidroksibutirat Dehidrogenase
Beberapa
dari isoenzim-isoenzim LDH lain, LDH1
tahan pemanasan sampai 650C.
ada laboratorium-laboratorium yang tidak melakukan elektrofoesis
isoenzim; mereka memeriksa beberapa banyak LDH
yang ada than panas. Isoenzim LDH dikatakan meningkat apabila labih dari
29-37% dari LDH total bersifat tahan panas. Aktifitas LDH1 praktis sama dengan aktifitas HBD dan serum,
karena informasi sama dapat diperoleh dari elektrofoesis LDH atau dari
pengukuran banyaknya LDH yang tahan panas.
MENANGANI SPESIMEN
Spesimen untuk analisis LDH
samasekali tidak boleh ada hemolisis dan serum harus segera dipisahkan guna
mencegah eritrosit-eritrosit melepaskan LDH1 . enzim LDH relatip
stabil pada suhu kamar, tetapi pemeriksaan sebaikanya dilakukan waktu kuran
gadari 48jam. LDH4 dan LDH5 berkurang sebanyak pada suhu
rendah, karena itu spesimen untuk analisis isoenzim LDH jangan disimpan dalam
lemari es.
LIPASE
lipase
ialah enzim yang mencegah trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Enzim
semacam itu ada beberapa jenis dan masing-masing mempunyai substrat yang
spesifik baginya, tetapi secara menyeluruh aktipitas lipolitik enzim-enzim itu
menggolongkannya sebagai lipase. Pancreas adalah sumber satu-satunya lipase
yang disekkresikan ke dalam lumen saluran cerna. Kadar lipase dalam serum berkaitan lebih spesifik dengan pangkreas
dari kadar amylase. Tetapi ters untuk menetapkan kadar lipase bersifat dan
lebih sulit dari pengukuran amylase. Kadar lipase dalam serum meningkata pada
radang pangkreas dan peningkatan itu tinggal lebih lama dibandingkan dengan
kadar amylase. Lipase tidak dikeluarkan ke dalam urin.
Kadar
lipase dalam serum yang tertinggi terjadi pada pangkreatitis akut, tetapi
karsinoma pancreas menyebabkan penigkatan sedang yang terus menerus. Morfin dan
obat cholinergic berpengaruh pada kadar lipase kea rah sama seperti kepada lipase.
Lipase
dalam serum tahan simpan sampai seminggu atau lebih. Spesimen yang mengalami
hemolisis sedikit boleh dipakai untuk analisis, tetapi kalau hemolisis berat,
penetapan akan terganggu.
LIPOPROTEIN LIPASE
Lipase-lipase
yang melepaskan asam lemak dari lipoprotein dan membersihkan darah dari
kilomikron, jauh berbeda dari lipase yang ada dalam saluran cerna. Darah puasa berisi sedikit kilomikron dan
mempunyai aktifitas lipoprotein lipase rendah. Setelah bersantap, darah orang
normal dibersihkan dari kilomikron oleh lipase yang terikat pada membrane sel
hati(lipoprotein lipase hepatic) dan oleh enzim-enzim yang diperkirakan terikat pada membrane endotel kapiler
(lipoprotein lipase ekstrahepatik). Pemberian heparin melepaskan lipase-lipase
itu yang terikat pada membrane dan kadarnya dalam plasma dapat diukur sebagai
aktifitas lipolitik pasca heparin (PHLA, postheparin lipolytik activity). Orang
dengan hiperlipoproteinemia tipe 1 mempunyai kadar kilomikron puasa yang amat
tinggi dan PHLA yang tegas lebih dari normal. Kilomiron juga menigkat pada
hiperlipoproteinemia tipe v, tetapi
orang-orang itu mempunyai PHLA normal atau dekat normal.
Fosfatase
Dalam
serum ada bermacam-macam enzim yang melepaskan fosfat dari senyawa-senyawa yang
berisi satu gugus fosfat; enzim-enzim itu secara kolektif diberi namaortofosfat
ester monohidrolase, tetapi masing-masing enzim mempunyai substrat dan pH
optimal sehari-hari. Telah menjasi kebiasaan untuk menggolongka semua enzim
yang optimal aktip pada pH 5 sebagai
fosfatase asam (ACP, acid Phosphatase) dan yang paling aktif pada pH 9 sebagai
fosfatase alkalis (ALP, alkalin phospatase). Enzim-enzim itu sudah
bertahun-tahun dipelajari dan dalam
literature dipakai banyak macam teknik, substrat dan nilai rujukan.
FOSFATASE ASAM
Banyak
jaringan berisi ACP, tetapi yang paling banyak mengandung adalah kelenjar
prostat, eritrosit, dan trombosit. ACP dalam serum diukur terutama untuk
menemukan adanya dan luas menyebarnya karsinoma prostet. Peningkatan ACP dari
eritrosit tidak mempunyai makna diagnostik , biarpun pada penyakit gaucher dan
bermacam-macam penyakit tulang metabolic ditemukan kadar yang tinggi.
ACP dari Eritrosit dan Prostat
ACP
dari eritrosit berlainan dari ACP dari prostat karena substret yang paling
sesuai untuk masing-masing jenis itu berbeda dan karena zat yang menghambat
enzim masing-masing berbeda juga. Cara menetapkan menurut Bodansky yang memakai
beta-gliserofosfat sebagai substrat lebih sesuai denga ACP dari prostat;
sedangkan cara Gutman dan King-Amstrong mengukur ACP dari eritrosit dan prostat
bersama-sama. Serum normal mengandung lebih banyak ACP dari eritrosit
dibandingkan ACP dari prostat; perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam
fraksi ACP dari prostat sukar ditemukan. Asam tartrat menghambat ACP dari prostat,
banyak laboratorium melaporkan banyaknya ACP
yang dapat dihambat oleh tartrat di samping ACP total; itu dilakukan
untuk menonjolkan banyaknya enzim dari prostat/
Karsinoma Prostat
ACP dari prostat meningkat pada
50-75% dari pasien karsinoma prostat yang telah meluas sampai du luar prostat.2
karsinoma itu biasanya menyebarkan metastasisnyake tulang, tetapi
berluasan dalam pinggul juga meningkatkan ACP. Kalau kanker itu masi ada dalam
kelenjar, peningkatan ACP hanya ditemukan pada 10-25% dari pasien. ACp kembali
menjadi normal 3-44 hari setelah berhasilnya terapi estrogen. Jika kemudian
nilai itu meninggi lagi, itu petunjuk kuat kearah metastasis di tulang yang
akltif. Hyperplasia prostat yang jinak, radang atau ischemia hamper tak pernah
mengubah kadar ACP.
Tehnik radioimmunoassay pernah
dipakai untuk meningkatkan identifikasi dan penilaian banyaknya ACP dari prostat, tetapi hasilnya tidak mantap.
Penelitian-penelitian telah membuktikan bahwa adanya karsinoma prostat dluar
kelenjar tetap masih paling bagus dilakukan perabaan jari seorang klinikus yang
berpengalaman. Penepatan kadar ACP tidak dapat menentukan dengan pasti apakah
kanker prostat ada atau tidak ada, tetapi penetapan ldapat memperkuat diagnosis
dan berguna juga untuk menguji hasil terapi.
Specimen tidak bole mngalami
hemolisis dan serum harus segera dipisahkan dari sel-sel darah. Bila tes tidak
dapat dilakukan selang beberapa jam, serum harus dibekukan.
FOSFATASE ALKALIS
Janis-jenis
enzim
Fosfatase alkalis (ALP, alkaline
phosphatase) dibuat oleh bermacam-macam jaringan. Hati, tulang dan usus adalah
sumber-sumber paling penting ; dalam kehamilan plasenta menjadi sumber yang
subur juga. Beberapa jenis kanker tertentu memuat sedikit ALP yang khusus dan
yang disebut enzim mregan18 . dalam serum normal yang paling banyak
terdapat adalah ALP dari tulang, di samping itu ada sedikit isoenzim yang
berasal dari hati. Kadar ALP dari usus berbeda-beda dari seorang kepada yang
lain, kebanyakan orang mempunyai kadar yang relative rendah, tetapi
kadang-kadang orang yang menunjukan kadar isoenzim itu meningkat. ALP dari usus
sepintas masuk ke dalam darah pada waktu lemak dicerna dandiserap, tetapi
penyakit intestinal jarang berpengaruh, kepada kadar ALP dalam serum.
Makna patofisiologis
Mengukur ALP bermanfaat pada
penyakit hati dan tulang. Kegiatan osteoblastik dan osteoklastik meninggikan
Alp dalam serum, kadar itu bertambah pada waktu terjadi pertumbuhan tulang,
perombakan tulang dan kalau tidak ada keseimbangan antara kedua prose itu. ALP
hati terutama berasal dari epitel saluran empedu intrahepatik; ,masih tidak
jelas sampai di mana aktifitas sel hati beperan dalam prose itu. Pada penyakit
haptobiliar perembesan ALP ke dalam cairan interstisial mempunyai efek sama
atau lebih besar dari pada obstruksi atau peradangan pada saluran-saluran
hepatobiliar. Penyakit parenkrim biasanya tidak menyebabkan peningkatan begitu
tinggi. Penggolongan diagnostic dapat dilihat pada table 6
Pemisahan Isoenzim
Biasanya tidak ada kesulitan untuk
membedakan antara ALP dari hati dan dari tulang pada keadaan yang di sertai
peningkatan ALP; tetapi ada kalanya itu susah juga. Elektoforesis pernah
diterapkan dalam upaya memisahkan isoenzim ALP, tetapi suksesnya kurang baik,
memisahkan isoenzim hati dan isoenzim usus lebih mudah dari membedakan isoenzim
hati dari isoenzim tulang. Memanaskan serum sampai 560 C adalah cara
yang paling biasa pada upaya fraksionasi; ALP dari hati lebih tahan panas dari
ALP dari tulang. Peningkatan kadar enzim-enzim lain lyang juga mempunyai kaitan
dengan hati dapat membantu untuk menentukan apakah sumber meningkatnya ALP itu
hepatobiliar. Untuk tujuan itu dipakai penetapan GGT, leucine aminopeptidase
(LAP) dan 5-nukleutidase (5”- N).
Tabel 6 kondisi yang
meningkatkan fosfatase alkalis
Peningkatan tegas (5 atau lebih kali
nilai normal)
Obstruksi saluran empedu
(intrahepatik atau ekstrahpatik)
Sirosis biliar
Osteitis deformans
Sarcoma osteogenik
Hiperparatroidisme
Peningkatan
sedang (3-5 kali nilai normal)
Penyakit granulomatosa atau infiltrative
dalam hati
Mononukleusis infeksiosa
Metastasis tumor ke tulang
Penyakit tulang yang metabolic
(rhachitis, osteomalacia)
Peningkatan
ringan (sampai 3 kali nilai normal)
Hepatitis oleh virus
Sirosis (sering ada isoenzim dari usus)
Patah tulang dalam penyembuhan
Anak normal dalam masa pertumbuhan
|
Tes
untuk LAP 5”- N tidak begitu banyak tersedia karena
pemeriksaan-pemeriksaan itu tidak banyak menambah informasi kepada apa yang
sudah didapat dengan memriksa ALP dan tes fungsi hati lain-lain.