ANTIKOAGULAN
Antikoagulan adalah
zat yang dapat mencegah proses pembekuan dalam darah. Pada kebanyakan pemeriksaan
hematologik dan sejumlah pemeriksaan biokimia memang diperlukan sampel darah
yang tidak membeku.
Untuk pemakaian di
laboratorium klinik, dikenal sejumlah antikoagulan (lihat di bawah ini). Dalam
proses pembekuan darah tahap I (pembentukan tromboplastin) dan II (Pembentukan
trombin) maupun tahap III (Pembentukan fibrin); sedang trombin diperlukan dalam
tahap III. Sebagian besar antikoagulan yang dikenal bekerja terhadap kalsium
dengan jalan mengendapkannya (presipitasi) atau dengan mengikatnya dalam bentuk
ion-ion heparin bekerja menetralisasi trombin, jadi berfungsi sebagai
antitrombin.
Antikoagulan yang
sering dipakai adalah :
1. Wintrobe’s
Oxalate
Bahan ini lazim disingkat dengan nama W.O.
tetapi terdapat beberapa nama sinonim seperti “double oxalate”, “balanced
oxalate”, “Heller’s and Paul’s micture”.
Wintrobe’s oxalate terdiri dari :
Amonium oxalate 1,2 g
Kaliumoxalate 0,8 g
Dilarutkan dalam aquades 100
ml
Untuk setiap 1 ml sampel darah dibutuhkan 0,1
ml antikoagulan ini. Antikoagulan ini dimasukkan kedalam botol-botol darah
(wadah) dan dibiarkan menguap dalam inkubator pada suhu 37
C (bila dipakai suhu
yang lebih tinggi), oxalat akan mengalami dekomposisi).
Pembekuan darah dihalangi karena terjadi
pengikatan Ca++ oleh oxalat.
Di laboratorium, darah W.O. dapat dipakai
untuk pemeriksaan darah rutin seperti penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah
eritrosit dan leukosit. Untuk pemeriksaan hematokrit dan morfologi sel darah,
antikoagulan ini tidak dianjurkan karena terjadinya perubahan pada sel-sel
darah : eritrosit mengalami pengerutan (“creanated”), degenerasi pada inti
leukosit dan tampil dengan bentuk yang ganjil (“bizzare”), timbulnya
vakuol-vakuol dalam sitoplasma granulosit. Inti limfosit dan monosit dapat
membentuk jonjot bahkan membentuk lobus.
2. Ethylenediaminetetraacetic
acid (EDTA)
Bahan ini disebut juga sequestrene atau versene, biasanya dipakai dalam bentuk garam Natrium atau Kalium.
K3 EDTA lebih disukai karena lebih mudah larut dari pada Na2EDTA.
15 g EDTA (Na dan K) dilarutkan ke dalam
100 ml aquades. Untuk pemakaiannya, 0,1 ml larutan ini dimasukkan ke dalam
botol kecil dan dibiarkan menguap pada suhu 37°C. Garam yang tertinggal di
botol ini dapat menghalangi membekunya 1k 7 ml darah.
Seperti halnya pada Wintrobe’s oxalate,
EDTA akan mengikat ion-ion calcium dalam darah sehingga proses pembekuan
terhalang.
Darah yang dimasukkan ke dalam botol EDTA
harus segera dikocok baik, agar semua garam dapat dengan cepat tercampur merata
dengan sampel darah. Pemakaian EDTA dalam bentuk cairan lebih menguntungkan
karena lebih cepat tercampur daripada bentuk garam keringnya.
3. Natriumsistrat
3,8%
Bahan ini juga
mengikat ion calcium sehingga pembekuan darah ditiadakan. 3,8 g tri-
natriumsitrat dilarutkan dalam 100 ml aquades. Untuk pemeriksaan Laju Endap
Darah (LED) dicampurkan bahan ini dengan sampel darah dalam perbandingan 1 : 4.
Biasanya dipakai 0,4 ml bahan ini untuk 1,6 ml sampel darah. Untuk pemeriksaan
kelainan-kelainan pembekuan darah (diabetes hemoragik), dicampurkan 1 bagian
antikoagulan ini dengan 9 bagian darah.
4. Heparin
Berbeda dari ketiga
antikoagulan di atas, hepparin bekerja sebagai anti-trombin sehingga
menghalangi proses pembekuan darah.