Pemeriksaan Sperma
Pemeriksaan
sperma (lebih tepatnya analisis semen) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengukur jumlah serta kualitas semen dan sperma seorang pria. Pengertian semen
berbeda dengan sperma. Secara keseluruhan, cairan putih dan kental yang keluar
dari alat kelamin pria saat ejakulasi disebut semen. Sedangkan 'makhluk' kecil
yang berenang-renang di dalam semen di sebut sperma.
Analisis
semen merupakan salah satu pemeriksaan lini pertama untuk menentukan kesuburan
pria. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan apakah ada masalah pada sistim
produksi sperma atau pada kualitas sperma, yang menjadi biang ketidaksuburan.
Perlu diketahui, hampir setengah pasangan yang tidak berhasil memperoleh
keturunan, disebabkan karena ketidaksuburan pasangan prianya.
Ada
dua tahap penting pada pemeriksaan sperma, yaitu tahap pengambilan sampel dan
tahap pemeriksaan sperma.
Pada
tahap pengambilan sampel, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Pria yang akan diambil semennya
dalam keadaan sehat dan cukup istirahat. Tidak dalam keadaan letih atau lapar.
2. Tiga atau empat hari sebelum semen
diambil, pria tersebut tidak boleh melakukan aktifitas seksual yang
mengakibatkan keluarnya semen. WHO bahkan merekomendasikan 2 – 7 hari harus
puasa ejakulasi, tentunya tidak sebatas hubungan suami istri, tapi dengan cara
apapun.
3. Semen (sperma) dikeluarkan melalui
masturbasi di laboratorium (biasanya disediakan tempat khusus). Sperma kemudian
ditampung pada tabung terbuat dari gelas. Jika mengalami kesulitan untuk mengeluarkan
sperma dengan cara ini, diskusikan dengan dokter anda.
4. Masturbasi tidak boleh menggunakan
bahan pelicin seperti sabun, minyak, dll.
Sedangkan pada tahap kedua,
dilakukan pemeriksaan sampel semen di laboratorium. Beberapa hal yang diperiksa
antara lain :
Hitung
Sperma (Sperma Count)
Semen
normal biasanya mengandung 20 juta sperma per mililiternya dan 8 juta
diantaranya bergerak aktif. Sperma yang bergerak aktif ini sangat penting
artinya, karena menunjukkan kemampuan sperma untuk bergerak dari tempat dia
disemprotkan menuju tempat pembuahan (tuba fallopi, bagian dari kandungan
wanita).
Hasil
pemeriksaan biasanya disajikan dalam istilah sebagai berikut :
- Polyzoospermia : Konsentrasi
sperma sangat tinggi
- Oligozoospermia : Jumlah sperma
kurang dari 20 juta/ml
- Hypospermia : Volume semen <
1,5 ml
- Hyperspermia : Volume semen
> 5,5 ml
- Aspermia : Tidak ada semen
- Pyospermia : Ada sel darah
putih pada semen
- Hematospermia : Ada sel darah
merah pada semen
- Asthenozoospermia : Sperma yang
mampu bergerak < 40%.
- Teratozoospermia : > 40%
sperma mempunyai bentuk yang tidak normal
- Necozoospermia : sperma yang
tidak hidup
- Oligoasthenozoospermia : Sperma
yang mampu bergerak < 8 juta/ml
Bentuk
Sperma (Sperm Morphology)
Pemeriksaan
ukuran, bentuk, dan gambaran sperma biasanya melalui pemeriksaan sampel yang
telah diwarnai di bawah mikroskop. Hasil pemeriksaan dikelompokkan ke dalam
empat kelompok, yaitu : bentuk normal, kepala tidak normal, ekor tidak normal,
dan sel sperma belum matang (immature germ cells, IGC).
Gerakan
Sperma (Sperm Motility)
Dikatakan
normal jika 40% atau lebih sperma dapat bergerak normal. Tetapi, beberapa pusat
laboratorium mengatakan bahwa nilai normal adalah 60% atau lebih.
PERSIAPAN PEMERIKSAAN SPERMA
Kepada pria
yang hendak memeriksakan spermanya, hendaknya dokter atau petugas laboratorium
menjelaskan hal-hal seperti berikut :
1. Keadaan pria hari pemeriksaan
hendaknya cukup sehat, tidak dalam keadaan letih atau lapar dan cukup
beristiraahat.
2. Sperma dikeluarkan setelah didahului
oleh abstinensia seksual (tidak ejakulasi dengan cara apapun) selama 3 - 4 hari
(rekomendasi WHO abstinensia 2 sampai 7 hari)
3. Sperma dikeluarkan secara mastrurbasi
di Laboratorium, dan harus di tampung secara utuh.
Dalam keadaan
dimana pria tidak dapat mengeluarkan sperma di Laboratorium, maka boleh yang
bersangkutan mengeluarkan di tempat lain, misalnya di rumah dengan
memperhatikan hal-hal berikut :
1.
Masturbasi
tidak diperkenankan memakai bahan pelicin seperti sabun, minyak dan
lain-lainnya.
2. Wadah
penampung harus terbuat dari gelas yang sudah dicuci bersih dan dibilas
berulang-ulang untuk menghilangkan sisa sabun/ditergen yang di pakai. Botol
sebaiknya bermulut lebar, mempunyai volume 20-50 ml. Tidak diperkenankan
menampung sperma kedalam kondom. Gelas penampung ditutup cukup dengan kertas
biasa.
3. Sperma yang sudah tertampung segera
dalam waktu setengah jam sudah di serahkan kepada petugas Laboratorium. Dalam
perjalanan menuju Laboratorium suhu sperma dipertahankan sekitar 25-35oC,
misalnya dalam kantong pakaian yang dikenakan.
Dalam keadaan
dimana penderita sama sekali tidak dapat melakukan masturbasi maka pengeluaran
dengan cara senggama terputus boleh dilakukan asalkan dengan memperhatikan
persyaratan/persiapan yang tersebut di atas.