Metabolisme merupakan segala proses reaksi kimia yang
terjadi di dalam mahluk hidup, mulai dari mahluk hidup bersel satu yang sangat
sederhana seperti bakteri,protozoa, jamur, tumbuhan, hewan sampai kepada
manusia yang susunan tubuhnya sangat kompleks. Di dalam proses ini mahluk hidup
mendapat, mengubah, dan memakai senyawa kimia disekitarnya untuk mempertahankan
hidupnya. Metabolisme memiliki 4 fungsi spesifik :
1. Untuk memperoleh energy kimia dari degradasi sari
makanan yang kaya akan energidari lingkungan.
2. Untuk mengubah molekul nutrient menjadi precursor unit
pembengun bagi makromolekul sel.
3. Untuk menggabungkan unit pembanggunan ini menjadi
rotein, asam nukleat, lipid, poli sakarida, dan komponen sel lain.
4. Untuk memebentuk dan mendegradasikan biomolekul yang
diperlukan di dalam fungsi sel khusus.
Terdapat 2 fase pada metabolisme yaitu katabolisme dan
anabolisme. Katabolisme dalah fase penguraian pada proses metabolism yang
menyebabkan molekul organik nutrien seperti karbohidrat, lipid dan protein dari
lingkungan terurai dalam reaksi –reaksi bertahap menjadi produk akhir yang
lebih kecil dan sederhana seperti asam laktat, CO2, dan ammonia.
Sedangkan anabolisme, yang disebut juga biosintesis,
fase pembentukkan atau sintesis dari metabolisme, molekul pemula atau unit
pembangun yang lebih kecil disusun menjadi makromolekul besar yang merupakan
komponensel. Karena biosintesis mengakibatkan peningkatan ukuran dan
kompleksitas struktur, proses ini memerlukan input energy bebas yang diberikan
oleh pemecahan ATP menjadi ADP dan
pospat. Biosintesis beberapa komponen sel juga memerlukan atom hydrogen yang
disumbangkan oleh NADPH.
Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak
yang tidak larut dalam air, yang dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut non polar,
seperti klorofom atau eter. Jenis lipid yang paling banyak adalah lemak atau
triasilgliserol, yang merupakan bahan utama bagi hamper semua organism. Triasil
gliserol adalah ester dari alkohol gliserl dan tiga molekul asam lemak.
Berdasarkan
jumlah karbonnya, asam lemak dibagi menjadi dua yaitu asam lemak berkarbon
genap dan asam lemak berkarbon ganjil. Sedangkan berdasarkan jenis ikatannya,
asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh.
Banyak karbohidrat makanan diubah menjadi
triasilgliserol sebelum dipakai untuk penyediaan energi. Sebagai akibat, asam
triasilgliserol merupakan sumber energi utama bagi banyak jaringan. Sebagai bentuk
utama untuk menyimpan energi dalam tubuh, triasil gliserol memiliki nilai
kalori yang tinggi karena memiliki bentuk yang pekat dimana energi potensial
dapat disimpan.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai biosintesis
asam lemak, biosintesis kolesterol biosintesis trasilgliserol, dan biosintesis
fosfolipid
I.
BIOSINTESIS ASAM LEMAK
Biosintesis asam lemak adalah suatu proses metabolisme penting
dalam jasad hidup. Hal tersebut benar jika diingat bahwa jaringan hewan
mempunyai kemampuan terbatas untuk menyimpan energi dalam bentuk karbohidrat.
Dalam hal ini sebagian dari polisakarida dirombak melalui proses glikolisis
menjadi asetil koenzim-A , yang merupakan prazat untuk biosintesis asam lemak
dan triagliserol. Senyawa lipida ini mempunyai kandungan energi yang lebih
tinggi daripada karbohidrat, dan dapat disimpan sebagai cadangan energi yang
besar di dalam jaringan lemak. Biosintesis asam lemak ini berlangsung di
sitoplasma, membutuhkan asam sitrat sebagai kofaktornya, dan membutuhkan CO2
sebagai factor pembantu dalam mekanisme pemanjangan rantai asam lemak.
Secara keseluruhan,
biosintesis asam lemak terbagi menjadi tiga tahap utama: pertama, pembentukan malonil
koenzim-A dari asetil koenzim-A; kedua, pemanjangan rantai asam lemak sampai
terbentuknya asam palmitat secara kontinu dengan tiap kali penambahan malonil
koenzim-A dan pelepasan CO2; dan ketiga,pemanjangan rantai asam
palmitat secara bertahap bergantung pada adaan dan komposisi faktor penunjang
reaksi di dalam sel. Tahap pertama dan kedua adalah mekanisme de novo
biosintesis asam lemak dalam hewan dan tumbuhan, sedangkan tahap ketiga bukan
mekanisme de novo karena berlangsungnya reaksi ditentukan oleh faktor luar.
1.
Malonil-KoA dibentuk dari Asetil-KoA
Malonil-KoA
adalah prekursor langsung unit dua karbon rantai asam lemak. Merupakan turunan
dari malonat dan pertama kali dibentuk dari asetil-KoA di dalam sitosol. Asetil
KoA yang digunakan dalam metabolisme hampir semuanya dibentuk di dalam
mitokondria dari oksidasi piruvat, dari oksidasi asam lemak , dan dari
degradasi kerangka karbon asam aminol. Gugus asetil dari Asetil Koa ini mampu melintasi membran mitokodria melalui
suatu system ulak-alik gugus asetil. Sistem ulak alik gugus asetil tersebut,
digunakan untuk mentransfer gugus asetil dari mitokondria ke sitosol untuk
sintesis lemak.
Sistem tersebut
menyebabkan asetil KoA pertama-tama
bereaksi dengan oksaloasetat untuk membentuk sitrat dengan katalis sitrat
sintase.
Asetil-KoA
+ oksaloasetat + H2O → sitrat + KoA + H+
Sitrat yang terbentuk
kemudian keluar dari matriks mitokondria menuju sitosol melalui system
transport trikarboksilat yang selanjutnya bereaksi dengan KoA sitosol dan ATP
untuk kemudian menghasilkan asetil KoA sitosol. Reaksi ini dikatalisis oleh
sitrat liase yang disebut juga enzim pemecah sitrat.
Sitrat
+ ATP + KoA → Asetil-KoA + ADP + Pi + Oksaloasetat
Selanjutnya
asetil-KoA di sitosol ini akan mengalami karboksilasi menghasilkan malonil-KoA,
yang menjadi precursor 14 atom karbon dari ke 16 atom karbon asam palmitat.
Reaksi ini dikatalis oleh asetil KoA karboksilase yaitu sejenis enzim yang mengandung biotin
sebagai gugus prostetiknya. Gugus biotinil ini berfungsi sebagai gugus pembawa
CO2 pada asetil KoA.
Pada
biosintesis asam lemak, terlibat suatu molekul protein pembawa yang disebut
protein pengangkut gugus asil (acyl carrier protein, ACP). ACP adalah protein
yang relative kecil, tahan panas, dengan berat molekul 9000. Gugus prostetiknya
adalah 4’-fosfopantetein yang juga membentk bagian dari struktur koenzim A.
Fosfopantetein terikat secara kovalen melalui gugus fosfatnya pada gugus
hidroksil residu serin pada molekul ACP.
Gambar: Acyl Carrier Protein (ACP)
Peran
ACP pada biosintesis lemak sama dengan peran koenzim A ada oksidasi asam lemak.
Senyawa antara asil mengalami esterifikasi pada ACP selama reaksi pembentukan
rantai asam lemak. Gugus prostetik 4’fosfopantetein ACP, bersama-sama dengan
residu serin yang terlekat berperan membawa gugus asil yang terikat secara
kovalen ari satu tempat aktif enzim menuju tempat aktif berikutnya dalam urutan
yang sesuai. Dalam hal ini ACP membentuk senyawa kompleks dengan keenam enzim
yang berperan dalam keseluruhan
mekanisme biosintesis asam lemak. Keenam
enzim tesebut bergabung membentuk enzim kompleks sintetase asam lemak.
Asam lemak sintase
memiliki dua macam gugus sulfihidril esensial.Satu diberikan oleh satu ugus
prostetik 4’fosfopantetein ACP, dan yang lain diberikan oleh residu sistein
spesifik dari 3-ketoasil-ACP sintase.Keduanya berperan alam proses biosintesis
asam lemak.
Pembentukan asetil-S-ACP sebagai pemula
reaksi
Reaksi
antara asetil koenzim A dengan gugus sulfhidril(-SH) dari molekul ACP merupakan
reaksi pemula dalam mekanisme biosintesis asam lemak. Sebelumnya kedua gugus
–SH dimuati terlebih dahulu oleh gugus asil. Ini terjadi dalam dua tahap
enzimatik terkatalisis. Pada reaksi pertama, gugus asetil pada asetil-S-KoA dipindahkan ke gugus sistein –SH pada sintase
dengan katalis ACP-asil transferase. Reaksi selanjutnya adalah pemindahan gugus
asetil dari ACP ke gugus –SH dari enzim beta-ketoasil-ACP-sintase, menghasilkan
asetil S-beta-ketoasil-ACP-sintetase.
ACP-Asiltransferase
Asetil-S-CoA + ACP-SH Asetil-S-ACP +
CoA-SH
Beta-ketoasil-ACP-sintase
Asetil-S-ACP +
sintase-SH ACP-SH + asetil-S-Sintase
Pada reaksi kedua,
gugus malonil pada malonil-S-KoA dipindahkan ke gugus fosfopantetein sulfhidril
ACP, dalam reaksi yag dikatalisis oleh ACP maloniltransferase.
ACP maloniltransferase
Malonil-S-CoA +
ACP-SH malonil-S-ACP
+ CoA-SH
Dengan telah terikatnya dua gugus asil secara
kovalen pada enzim sintase, yakni satu
gugus asetil pada gugus sistein –SH, dan satu gugus malonil pada pada gugus
fosfopantetein-SH, maka enzim sintase
sekarang telah siap melaksanakan proses pemanjangan rantai asam
lemak dengan penambahan dua atom karbon pada malonil koenzim A secara
berturut-turut sampai terbentuknya asam palmitat.
Tahap-tahap penambahan unit 2-karbon
1. Tahap
kondensasi
Pada tahap pertama,
gugus asil yang berikatan secara kovalen dengan gugus –SH mengalami reaksi
kondensasi untuk membentuk suatu gugus asetoasil yang terikat pada gugus
fosfopantetein-SH, dalam waktu bersamaan dibebaskan molekul CO2.
Reaksi ini dikatalisis oleh 3-ketoasil-ACP sintase.
Gugus asetil
dipindahkan dari gugus sistein-SH ke gugugs malonil pada –SH fosfopantetein,
sehingga molekul ini menjadi ujung metil unit 2-karbon dari gugus asetoasetil
yang baru. Akibatnya, gugus asetil menggantikan karboksil bebas pada gugus
malonil sebagai CO2. CO2 yang dibentuk pada reaksi ini
sama dengan CO2 yang mula-mula masuk ke dalam malonil-KoA melalui
reaksi asetil-KoA karboksilase.Jadi karbondioksida tidak di ikat secara
permanen dalam ikatan kovalen selama biosintesis asam lemak, tetapi memainkan
peranan katalitik di dalam sintesis asam lemak dan dibebaskan pada setiap
pemasukan unit 2-karbon.
Pembebasan
CO2 dari gugus malonil dalam waktu sementara menciptakan gugus yang
reaktif pada bagian(sisa) 2-karbon ini, sehingga membuat molekul ini segera
bereaksi dengan gugus asetil.
2.
Tahap Reduksi 3- Keto
Molekul asetoasetil-S-ACP lalu
mengalami reduksi pada gugus karbonil, dengan mempergunakan NADPH sebagai
pembawa elektron untuk membentuk D-3- Hidroksibutiril-S-ACP di dalam reaksi
yang dikatalisis oleh 3-ketoasil-ACP reduktase.Gugus D-3-hidroksibutiril bukan
merupakan bentuk stereoisomer yang sama seperti senyawa antara L-3-hidroksiasil
di dalam oksidasi asam lemak.
3.
Tahap dehidrasi
Senyawa
D-3-hidroksibutiril-S-ACP didehidrasi oleh 3-hidroksiasil ACP dehidratase untuk
menghasilkan trans-∆2-butenoil-S-ACP.
4.
Tahap Penjenuhan
Ikatan ganda pada
trans-∆2-butenoil-S-ACP direduksi
atau dijenuhkan untuk membentuk butiril-S-ACP melalui aktivitas
enoil-ACP reduktase. NADPH berperan sebagai pemberi elektron.
Gugus butiril sekarang dipindahkan dari gugus
fosfopantetein-SH ke gugus sistein. (gambar)
Gugus asil lemak yang
baru sekarang menempati gugus –SH yang semula diikat oleh gugus asetil. Untuk
memulai putaran reaksi selanjutnya, dalam hal untuk memperpanjang rantai dengan
unit 2-karbon lainnya, gugus malonil selanjutnya dipindahkan dari malonil Koa
ke gugus fosfopantetein –SH pada ACP. Gugus butiril lalu meninggalkan gugus
SH-sis dan menggantikan CO2 dari gugus malonil pada gugus ACP-SH. Sekarang
gugus asil 6-karbon yang berikatan secara kovalen dengan gugus
fosfopantetein-SH. Gugus 3-ketonya direduksi pada ketiga tahap selanjutnya pada
siklus sintase untuk menghasilkan gugus
asil 6-karbon jenuh. Lalu gugus heksanoil dipindahkan dari fosfopantetein-SH ke
gugus sistein-SH. Setelah itu, dihasilkan palmitoil-S-ACP sebagai produk akhir.
Proses pemanjangan ini berhenti pada karbon 16 dan asam palmitat bebas dilepaskan
dari molekul ACP oleh aktivitas enzim hidrolitik.
Biosintesis asam
palmitat memerlukan input energi kimia dalam dua bentuk, satu sebagai energi
gugus fosfat ATP dan senyawa pereduksi NADPH. ATP diperlukan untuk membentuk
ikatan tioester pada asetil KoA dan untuk menggabungkan CO2 pada asetil Koa
menjadi malonil KoA, NADPH diperlukan untuk mereduksi ikatan ganda.
NADPH yang diperlukan untuk tahap reduksi di dalam
biosintesis asam lemak dihasilkan dari dua sumber utama. (reaksi)
Kedua reaksi yang menghasilkan
NADPH ini terjadi di dalam sitosol.Jika rasio molar NADPH atau NADP+ tinggi
maka ini memberikan lingkungan mereduksi secaraa kuat bagi berlangsungnya
sintesis asam lemak yang bersifat reduktif. Jika rasio molar NADH atau NAD+ di
dalam sitosol rendah, NADPH berperan sebagai pemberi utama atom hidrogen pada
reaksi biosintesis yang bersifat reduktif.
1.
Pemanjangan Rantai Asam Lemak sampai
Terbentuk Asam Palmitat secara Kontinu
Asam palmitat merupakan
produk normal system asam lemak sintase yang juga adalah precursor asam lemak
berantai panjang lainnya. Molekul ini dapat diperpanjang untuk membentuk asam
stearat atau bahkan asam lemak yang jauh lebih panjang dengan penambahan gugus
asetil berikutnya melalui kerja sisem perpanjangan asam lemak, yang terjadi di dalam reticulum endoplasmic dan
mitokondrion. System pemanjanan reticulum endoplasmic, yang lebih aktif,
menambahkan unit dua karbon yang diberikan dalam bentuk malonil-KoA, menjadi
palmitoil-S-ACP, dan selanjutnya membentuk palmitoil-SCoA.
2.
Pemanjangan Rantai Asam Palmitat secara
Bertahap
Terbentuknya
palmitoil-SCoA pada tahap kedua selanjutnya akan diubah menjadi
stearoil-SCoA dengan penambahan
asetil-SCoA di dalam lintas yang sama seperti lintas sintesis palmitat.
Pada pembentukan Stearoyl CoA terjadi setelah
pembentukan asam palmitat. Pada proses pembentukan Stearoyl CoA melibatkan
koenzim A.
Tahap pertama yaitu palmitoil CoA akan bereaksi atau mengalami reaksi kondensasi
dengan asetil CoA. Senyawa yang terbentuk adalah ß-ketosteroil-KoA. Senyawa ini
kemudian akan direduksi oleh NADPH menjadi ß-hidroksistearoil-KoA. Tahap
selanjutnya adalah dehidrasi untuk membentuk stearoil KoA tak jenuh dan
kemudian mengalami reduksi kembali (penjenuhan) menjadi stearoil KoA jenuh oleh
NADPH. Pemanjangan ini terjadi pada gugus terminal karboksil
II.
Biosintesis
lawan oksidasi asam lemak
Disamping ciri umum yang berlawanan
antara proses bisintesis asam lemak degan proses oksidasi asam lemak, tahap
reaksi enzim kedua proses tersebut berbeda dalam beberapa hal yang penting :
a.
Biosisntesis asam lemak terjadi dalam
sitoplasma, sedangkan oksidasi asam lemak di dalam mitokondria.
b.
Biosisntesis asam lemak mengunakan ACP
sebagai system pembawnya, sedangkan oksidasi mengunakan CoA.
c.
Biosintesis mengunakan malonil-CoA
(beratom karbon tiga) sebagai pamanjang rantai, sedangkan oksidasi melepaskan
Asetil KoA (beratom dua karbon) pada setiap kali daur proses perombakannya.
d.
Biosisntesis mengunakan NADPH/NADP+
sebagai system koenzim dalam reaksi hidrogenasi, sedangka oksidasi memakai
system NAD+ / NADH dan
FAD/FADH2. Sebagian besar NADPH yang diperlukan dalam proses
biosintesis asam lemak ini didapatkan dari proses oksidasi jalur metabolism
fosfoglukonat.
Biosintesis
setelah asam palmitat
Asam palmitat sebagai
hasil akhir yang normal dalam proses biosintesis dengan enzim kompleks
sintesase asam lemak, merupakan senyawa sumber untuk biosintesis asam lemak
jenuh dan tak jenuh yang berantai lebih
panjang. Pamanjangan rantai asam palmitat menjadi asam lemak jenuh
berantai lebih panjang, terutama sam stearat, berlangsung dengan adanya dua
system enzim yang berbedayang masing – masing trdapat dalam mitokondrion dan
reticulum endoplasma.
Di dalam mitokondrion
pamanjangan rantai asam palmtat berlangsung melallui reaksi ondensasi palitoil
CoA denngan asetil CoA menghasilkan ß – keto-steraoil-CoA yang kemudian
diawahidratasikan menjadi stearoil CoA tak jenuh dan direduksi dengan NADPH
menghasilkan streaoil – CoA.
Didalam mikrosom,
pemanjangan rantai asam palmitat berlangsung dengan mengunakan malonil CoA dan
mekanisme reaksi berjalan seperti reaksi biosintesis asam palmitat
Pembentukan
asam lemak tak jenuh
Pada umumnya, didalam
jaringan hewan asam palmitat dan asam stearat sipakasi sebagai senyawa sumber
biosintesis asam lemak tak jenuh, terutama asam palmitoleat dan asam oleat.
Ikatan rangkap yang terjadi selalu dalam posisi Δ9 dan berbentuk
cis. Reaksi pengawajenuhan ini dikatalisis oleh enzim mono-oksigenase yang terdapat di dalam reticulum endoplasma
jaringan sel hati dan sel lemak, dan dibantu oleh adanya system rantai
pengankutan electron dalam mikrosom, yaitu pengagnkutan electron dari NADPH ke
sitokrom B5 ( dalam jaringan sel hewan) atau ke Fe – S- protein
(dalam bebrapa tumbuhan dan jasad)
Dalam hal ini dua
electron yang diangkut dari NADPH melalui sitokrom B5 atau Fe –S –
protein ke enzim mono – oksigenase diakai untuk menarik molekul O2
dari udara menghasilkan komplek enzim – O2 yang aktif. Kompleks
enzim O2 ini mengkatalisis pengawajenuhan asam lemak (asam palmitat,
C l6:0, atau stearat, C18:0) menjadi asam lemak tak jenuh dengan ikatan rangkap
pada posisi Δ9 yaitu asam palmitoleat (9-C16:1) atau asam oleat
(9-C18:1).
Didalam bakteri Escherichia
coli proses pengawajenuhan pembentukan asam palmitoleat melalui
mekanisme yang berlainan sekali, yaitu dimulai dari ß- hidroksidekanoil- ACP
yang merupakan senyawa antara dalam proses biosintesis asam palmitat degan
kompleks enim sintase asam lemak.
Hewan dan tumbuhan
tinggi banyak mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap banyak ( asam
plienoat). Dalam jaringan hewan, asam lemak ini ternemtuk dari empat macam asam
lemak tak jenuh; palmitoleat (9-C16:1), oleat (9-C18:1), linoleat (9,12-C18:2)
dan linolenat (9,12,15- C18:3). Linoleat dan linolenat adalah dua asam lemak
yang tidak dapat disintesis oleh hewan mamalia dan harus didapatkan dari
tumbuhan. Oleh karena itu diebut asam lemak essensial. Beberapa asam lemak tak
jenuh berantai panjang yang terbentuk dari asam palmitat dari jaringan sel
hewan adalah asam cis-vasenat (11 C18:1), asam nervonat (15C24:1) dan asam
likosatrieno at ( 5,8 ,11 C20:3)
Asam nervonat merupakan
senyawa sumber untuk biosintesis lipid otak, serebrosida. Semua asam ini
trbentuk dari asam palmitat melalui mekanisme pemanjangan rantai dan proses
pengawajenuhan seperti yang telah dibahas.
Asam linoleat dan
linolenat, yang merupakan asam lemak essensial dalm tubuh hewan, berperan
sebagai senawa sumber untuk biosintesis asam polienoat pentng lannya, seperti
asam arakidonat (5,8,11,14 C 20:4) dan asam dokosahiksanoat
(4,7,10,13,16,19,C22 : 6) yang mengandung 6 buah ikatan rangkap. Asam arakidonat
merupakan prazat untuk biosintesis senyawa prostaglandin.
Berbagai hasil
penelitian telah membuktikan bahwa dalam sebagian besar jasad hidup proses
pengawajenuhan asam lemak berlangsung pada suhu lingkungan yang rendah. Hal ini
merupakan mechanism penyesuaian diri jasad tersebut untuk mempertahankan
keterarilan kandungan lipidnya terhadap suhu yang rendah, dimana asam lemak tak
jenuh mempunyai titik leleh yang lebih rendah daripada asam lemak jenuh. Telah
diketahui bahwa kegiatan enzim desaturase asam lemak naik pada suhu yang
rendah.
Ini merupakan
proses transfer electron pada desaturasi asam lemak pada vertebrata. Gambar
diatas menjelaskan tentang transfer electron dari NADH + H+ yang
kemudian akan ditangkap oleh lemak jenuh asil KoA untuk melakukan desaturasi
membentuk ikatan rangkap pada lemak jenuh tunggal asil KoA. Pada proses
transfer electron dibutuhkan perantara seperti cytrokom b3 (FAD dan
ion Fe2+). Reaksi ini terjadi dilumen dari reticulum endoplasma
halus.
Biosintesis
triasigliserol
Triasilgliserol atau
trigliserida yang merupakan lipida cadangan, disintesis secara aktif di dalam
jaringan sel hewan dan tumbuhan tinggi terutama di dalanm sel lemak dan sel
hati hewan mamalia.
Sebagai senyawa pemula
untuk biosintesis trigliserida adalah L- gliserol -3 – phospat dan senyawa
koenzim-A asil asam lemak. L- gliserol -3 – phospat pada umumnya terbentuk dari
senyawa glikolisis yaitu dihidroksiaseton phospat yang oleh enzim gliserol- 3-
phospat dehidrogenase diubah menjadi L- gliserol -3 – phospat dengan bantuan system NAD+/ NADH sebagai
koenzimnya.
Tahap reaksi pertama
dan kedua adalah proses asilasi gugus
hidroksil dari L- gliserol -3 – phospat menghasilkan asam lisophospatidat, kemudian menghasilkan asam
phospatidat. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim gliserolphospat –
asiltransferase. Dalam reaksi ini gugus asil asam lemak dipindahkan dari
koenzim A asil asam lemak ke gugus hidroksil dari L- gliserol -3 – phospat
secara bertahap. Di dalam jasad, seperti dalam sel E.coli tidak dipakai koenzim
A asil asam lemak melainkan ACP – asil asam lemak sebagai donor gugus asil asam
lemaknya. Jalan lain ke pembentukan asam phospatidat adalah melalui reaksi
antara dihidroksiaseton phospat dengan koenzim A asil asam lemak.
Pada tahap reaksi
ketiga tahap biosintesis triasil gliserol, asam phosatidat dihidroisis dengan
enzim phosatidat phospatase menghasilkan diasil gliserol. Kemudian pada tahap
reaksi terakhir diasil gliserol bereaksi dengan molekul ketiga dari koenzim A
asil asam lemak, dikatalisis oleh enzim diasilgliserol asiltransferase,
menghasilkan triasil gliserol.
FIGURE 21–20 The triacylglycerol cycle.
.
Di dalam tubuh mamalia, molekul
triasilgliserol di pecah dan disintesis kembali di siklus triasilgliserol.
Beberapa asam lemak dikeluarkan oleh lipolisis daria triasilgliserol di
jaringan adipose dan akan dialirkan melalui pembuluh darah dan akan digunakan
kembali untuk membentuk gliserol. Bebrapa asam lemakk yang dikeluakan menuju darah
akan membutuhkan energy yang diambil dari liver dengan mengunakan sintesis
triasilgliserol . triasilgliserol dibentuk di hati, dialirkan melalui pembuluh
darah dan kembali ke jaringan adipose, tempat dimana asam lemak dikeluarkan
oleh lipoptotein lipase ekstraseluler, diambil dari adipose dan di esterifikasi
kembali untuk membentuk gliserol.
III.
BIOSINTESIS
FOSFOGLISERIDA
Senyawa
fosfogliserida utama yang merupakan komponen membrane sel dan lipoprotein
adalah fosfatidiletanolamin, fosfatidilkolin, fosfatidilserin,
fosfatidilnositol, dan kardiolipin.
Jalur metabolisme yang terjadi dalam jaringan hewan
dan tumbuhan tinggi berbeda dengan yang terejadi dalam sel bacteria. Namun pada
kedua hal tersebut, nukleotida sitidin dipakai sebagi senyawa pengangkutnya.
a) Jalur
biosintesis fosfatidiletanolamin dan fosfatidilkolin di dalam jaringan hewan
adalah sebagai berikut:
a.1. Jalur biosintesis
fosfatidiletanolamin
Dimulai
dengan proses fosforilasi etanolamin oleh ATP menghasilkan fosfoetanolamin.
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim
etanolamin kinase. Selanjutnya fosfoetanolamin bereaksi dengan sitidin
trifosfat (CTP) mengahsilkan sitidin difosfoetanolamin (cp-ethanolamin),
dikatalisis oleh enzim fosfoetanolamin
sitidil transferase.
Pada
akhir tahap biosintesis fosfatidiletanolamin, bagian sitidin monofosfat (CMP)
dari CDP-ethanolamine dilepaskan, sedangkan bagian fosfoetanolaminnya
dipindahkan ke molekul diasilgliserol.
Reaksi ini dikatalisis
oleh enzim fosfoetanolamin transferase
yang terdapat di dalam membrane reticulum endoplasma.
a.1. Jalur biosintesis
fosfatidilkolin
Pembentukan
fosfatidilkolin di dalam jaringan hewan dapat berlangsung dengan dua macam:
I. Proses
metilasi gugus amino dari fosfatidiletanolamin dengan S-adenosil metionin
sebagai donor gugus metal yang dikatalisis oleh enim fosfatidiletanolamin metiltransferase.
II. Dimulai
denga kolin sebagai senyawa pemulanya dan jalur reaksi pembentukan
fosfatidilkolin berlangsung seperti untuk biosintesis fosfatidiletanolamin.
Dalam hal ini dilibatkan tiga macam enim, berturut-turut: kolin kinase, untuk pembentukan fosfokolin dari kolin dan ATP ; fosfokolin sitidiltransferase, untuk
pembentukan CDP-kolin dari fosfokolin dan CTP ;dan fosfokolin transferase, untuk pembentukn fosfatidilkolin dari
CDP-kolin dan diasilgliserol
b) Jalur
biosintesis fosfatidilserin adalah sebagai berikut:
Dalam
jaringan hewan, fosfatidilserin terbentuk dari reaksi antara
fosfatidiletanolamin dengan serin:
Fosfatidiletanolamin +
serin bolak balik fosfatidilserin +
etanolamin
Sebaliknya,
fosfatidiletanolamin dapat terbentuk dari fosfatidilserin dengan proses dekarboksilasi:
Fosfatidilserinà fosfatidiletanolami +CO2
Dalam
sel bakteri, seperti bakteri Escheria
coli, pembentukan fosfatidilserin berlangsung dengan jalur reaksi yang
berbeda pada jarringan hewan. Jalur reaksi dimulai dengan pengaktifan asam
fosfatidat oleh CTP menghasilkan sitidin difosfat diasilgliserol, dikatalisis
oleh enzim fosfatidatsitidintransferase.
Pada tahap reaksi berikutnya, CDP-diasilgliserol bereaksi dengan serin,
dikatalisis oleh enzim CDP-diasilgliserol
serin O-fosfatidiltransferase, menghasilkan
fosfatidilserin dan sitidin monofosfat (CMP).
c) Jalur
biosintesis fosfatidilnositol adalah sebagai berikut:
Dalam
jaringan hewan, CDP-diasilgliserol (yang terbentuk dari asam fosfatidat)
berperan sebagai senyawa sumber untuk biosintesis fosfatidilinositol dan
fosfatidilgliserol. Fosfatidilinositol terbentuk dari reaksi antara
CDP-diasilgliserol dan inositol, yang dikatalisis oleh enzim CDP-diasilgliserol inositol transferase. Di dalam jaringan otak fosfatidilinositol
dapat difosforilasi oleh ATP menghasilkan fosfatidilinositol-monofosfat,
-difosfat dan seterusnya mengahsilkan senyawa polifosfoinositida, yang
peranannya di dalam otak belum jelas.
d) Jalur
biosintesis kardiolipin adalah ebagai berikut:
Fosfatidilgliserol
terbentuk dari CDP-diasilgliserol. Jalur reaksi dimulai dengan pembentukan
3-fosfatidil-1gliserol-3-fosfat dari CDP-diasilgliserol dan gliserol-3-fosfat,
dikatalisis oleh enim gliserolfosfat
fosfatidiltransferase. Fosfatidil
gliserol yang terbentuk ini merupakan pra zat untuk biosintesis
difosfatidilgliserol, yang secara umum disebut kardiolipin. Dua puluh persen
lipida yang terdapat dalam membrane mitokondrion sel hewan merupakan
kardiolipin
Di
dalam sel bacteria pembentukan kardiolipin tidak menggunakan
CDP-diasilgliserrol, melainkan langsung tertjadi dari reaksi kondensasi dua
molekul fosfatidilgliserol.
IV.
BIOSINTESIS
KOLESTEROL
Pada umumnya,
kolesterol terdapat di dalam semua macam jaringan hewan dan manusia.
Biosintesis paling giat berlangsung dalam jaringan hati, kulit, kelenjar anak
ginjal, dan kelenjar kelamin. Sedangkan, sintesis berada pada tingkat yang
rendah terjadi dalam jaringan lemak, otot, urat nadi, dan otak dewasa.
Asetat (asetil-KoA) merupakan
prekursor utama dalam biosintesis
kolesterol. Hal ini diketahui dari asal
– usul atom karbon kolesterol yang disimpulkan dari percobaan pelacakan dengan
asam asetat berlabel isotop. Dari 27 atom karbon yang membentuk molekul
kolesterol 15 atom berasal dari gugus metil (yang berwarna abu - abu) dan 12
dari gugus karboksil molekul asetat(yang berwarna merah muda).
Struktur dari senyawa
27-karbon ini menunjukkan jalur biosintesis yang kompleks. Unit – unit Isopren merupakan peralihan
penting di jalur asetat menjadi kolesterol dan mekanisme unit Isopren yang
dipolimerisasi sama di semua jalur.
Tahap – tahap pertama
proses sintesisnya merupakan penggiatan
senyawa antara melalui pengikatannya dengan molekul asetil-koenzimA dilanjutkan
dengan tahap reaksi yang menggunakan gugus phospat dari ATP sebagai gugus
pengaktif molekul antara. Reaksi biosintesis kolesterol secara umum, yaitu:
Tahap reaksi jalur
biosintesis kolesterol dibagi menjadi empat bagian: pembentukan mevalonat dari
kondensasi tiga unit asetat, pengubahan mevalonat untuk mengaktifkan dua unit
isoprene, pembentukan skualin dari
mevalonat, serta pembentukan kolesterol dari skualin.
a.
Dua molekul asetil-KoA berkondensasi
dikatalisis oleh enzim tiolase
membentuk asetoasetil-KoA dan melepaskan satu molekul koenzim-A (CoASH) bebas.
b.
Asetoasetil-KoA kemudian berkondensasi lagi
dengan asetil-KoA molekul yang ke-tiga,dikatalisi oleh enzim HMG-CoA sintase
akan menghasilkan senyawa 6-atom karbon, β-hidroksi-β-glutaril-CoA (HMG-CoA)
serta melepaskan satu molekul koenzim-A (CoASH) bebas.
c.
Mereduksi β-hidroksi-β-glutaril-CoA
(HMG-CoA) untuk membentuk mevalonat, dengan dua molekul NADPH yang meyumbangkan
dua elektron serta melepaskan satu
molekul koenzim-A (CoASH) bebas. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim HMG-CoA
reduktase, yang merupakan protein membran integral dari RE halus, merupakan
titik utama regulasi pembentukan kolesterol.
2.
Pengubahan mevalonat untuk mengaktifkan
dua unit Isoprene
Reaksi terjadi dengan
fosforilasi mevalonat dengan ATP, berturut –turut menghasilkan:
a.
5-fosfomevalonat (dikatalisis enzim
mevalonat kinase)
b. 5-pirofosfomevalonat
(dikatalisis enzim fosfomevalonat kinase)
c.
3-phospo-5- pirofosfomevalonat
(dikatalisis enzim pirofosfomevalonat dekarboksilase)
d. 3-isopentenil
pirofosfat (IPP) yang tidak mantap (dikatalisis enzim pirofosfomevalonat
dekarboksilase)
e.
3,3 dimetilalil pirofosfat (DPP)
(dikatalisis enzim isopentenil pirofosfat isomerase)
3.
Pembentukan skualin dari mevalonat
a.
Tahap reaksi berikutnya, satu molekul
IPP berkondensasi dengan satu molekul DPP, menghasilkan satu molekul
monoterpen, geranil pirofosfat (GPP). Reaksi ini melepaskan satu molekul
pirofosfat (PPi) dan dikatalisis oleh enzim prenil transferase.
b.
Satu molekul IPP lagi kemudian beraksi
dengan GPP, dikatalisis oleh enzim yang sama
, yaitu enzim prenil transferase menghasilkan satu molekul seskuiterpana,
farnesil pirofosfat (FPP).
c.
Dua molekul FPP berkondensasi melepaskan
satu molekul PPi dan dikatalisis oleh enzim preskualin sintase, menghasilkan
preskualin pirosfosfat yang selanjutnya oleh enzim skualin sintase dan NADPH
direduksi menjadi skualin dan melepaskan satu molekul PPi.
4.
Pembentukan kolesterol dari skualin
a.
Merupakan tahap terakhir dari proses
biosintesis kolesterol, skualin beraksi dengan molekul oksigen menghasilkan
skualin-2,3-epoksida. Reaksi ini dikatalisis oelh skualin minooksigenase.
b. Selanjutnya
skualin-2,3-epoksida mengalami proses siklisasi, dikatalisis oleh enzim skualin
epoksida lanosterol-siklase, menghasilkan lanosterol yang merupakan senyawa
sterol pertama yang terbentuk. Dalam proses biosintesis sterol yang berikutnya
dan steroida.
c.
Perubahan lanosterol menjadi kolesterol
berlangsung dengan pelepasan tiga gugus metal (dua dari atom karbin nomer 4 dan
satu dari atom karbon nomer 14), reduksi ikatan rangkap dari rantai samping
kolestero, dan pemindahan ikatan rangkap dari posisi-8,9 ke posisi-5,6 dalam
cincin B.
d. Perubahan
lanosterol menjadi kolesterol dapat berlangsung melalui salah satu dari dau
jalur reaksi, yaitu melalui pembentukan demosterol atau melalui
7-dehidrokolesterol.